Peringatan Natal dan Hadiah-Hadiah Natal

 

Sementara bagi rombongan besar orang-orang yang merayakan Natal, Kristus adalah tidak lebih daripada hanya seseorang manusia biasa yang ternama, maka bagi rombongan orang-orang "yang sama sekali bukan Kristen" yang jauh lebih besar lagi merayakan Natal itu, Ia adalah hanya seorang tokoh dalam cerita yang olehnya telah diadakan hari libur – untuk dihormati; sekalipun tanpa pengertian apa pun mereka mengucapkan namaNya sebagai pengakuan biasa terhadap orang yang disangka menjadi sumber dari hari besar agama itu, Dengan demikian bagi banyak orang terbuktilah dengan jelas, bahwa pada kenyataannya Natal itu bukan dirayakan untuk menghormati Juruselamat, melainkan untuk memuliakan suatu adat kebiasaan kapir dan untuk memuaskan keinginan hati yang berdosa. Dengan sendirinya, "orang-orang Kristen yang sejati" tidak mungkin dapat ikut serta dalam merayakan mitos Natal itu setiap tahun. Memang, berbuat sedemikian itu adalah sama dengan menyia-nyiakan Firman Allah, karena "demikianlah firman Tuhan: Janganlah kamu belajar mengikuti jalan orang kapir, dan janganlah cemas terhadap tanda-tanda di langit; karena orang-orang kapir cemas terhadap sekaliannya itu. Karena adat-adat kebiasaan orang banyak itu adalah sia-sia; karena orang menebang sebatang pohon kayu dari hutan, yaitu perbuatan tangan tukang, dengan kampak.

"Mereka menghiasinya dengan perak dan dengan emas; mereka memantapkannya dengan paku-paku dan dengan palu, sehingga ia itu tidak bergerak. Sekaliannya itu berdiri tegak bagaikan pohon palem, tetapi tidak dapat berbicara, sekanannya itu perlu dipikul, karena mereka tidak dapat berjalan. Janganlah takut akan mereka itu; karena sekaliannya itu tidak dapat berbuat jahat, juga tidak terdapat di dalamnya untuk berbuat yang baik". Yeremiah 10 : 2 - 5.

Maka tradisi tukar-menukar hadiah itu adalah merupakan bagian dan paket dari semangat perayaan Natal, merupakan suatu kebiasaan yang mengembangkan iri hati, yang seringkali hanya menyakiti hati sang penerima dan mengosongkan buku-saku pembelinya. Dengan demikian sementara ia itu mendorong rombongan orang-orang yang satu untuk memamerkan kesombongannya, yaitu memikat mereka ke dalam kegembiraan yang luas, pesta-pora yang berlebih-lebihan, dan perbuatan-perbuatan immoral, ia itu juga mendorong orang-orang lainnya, rombongan orang-orang miskin, baik untuk iri hati atau  melarangnya, atau untuk kedua-duanya, juga untuk tidak jarang membuat orang putus asa, dan kadang-kadang sampai menjadi gila --- bahkan sampai melibatkan diri pada pembunuhan dan membunuh diri sendiri.

Karena keseluruhan ciptaan Natal itu dengan sendirinya merupakan hanya suatu jenis peribadatan kapir yang sedang merusak moral bangsa-bangsa, maka hamba-hamba Allah tanpa kecuali hendaknya menghindari tukar-menukar hadiah Natal itu, menghindari diri dari upacara yang bersuasana mewah dan bersifat kemanusiaan yang palsu itu . Memang, orang – orang Kristen tidak dapat ikut serta mengambil bagian dalam lalu lintas perdagangan-hadiah-nya yang tidak suci dan yang penuh sukaria itu, lalu pada waktu yang sama menjadi "orang-orang Kristen yang sejati".

"Siapakah yang tidak takut akan Dikau, Hai Raja segala bangsa? Karena Engkau juga yang empunya segala-galanya ………… Sekaliannya itu adalah sia-sia, dan merupakan perbuatan yang keliru; pada masa hukumannya mereka itu akan binasa. Karena gembala-gembala itu telah menjadi kasar, dan tidak berusaha mencari Tuhan; oleh karena itu mereka tidak akan beruntung, dan semua kawanan dombanya akan tercerai-cerai". Yeremiah 10 : 7, 15, 21.

Tetapi bagaimanapun juga, tukar-menukar hadiah-hadiah Natal bukan hanya kebiasaan yang membina kejahatan; suatu kebiasaan lain yang tidak kurang jahatnya, ialah kebiasaan tukar-menukar: